PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI KEAGAMAAN(Pendekatan Integratif – Interkonektif)

Authors

  • Ali Muchasan Institut Agama Islam Hasanuddin Pare Kediri Author
  • 2Muhammad Syahrul Munir Institut Agama Islam Hasanuddin Pare Kediri Author

Keywords:

Pendidikan Tinggi, Pendekatan Integratif-Interkonektif, Paradigma Keilmuan

Abstract

Spesialisasi dalam ilmu pengetahuan adalah sebuah keniscayaan yang timbul dari keterbatasan manusia dalam menguasai semua hal, meskipun objek yang dikaji adalah sama, yakni alam semesta. Namun, spesialisasi ini juga membawa dampak negatif, seperti munculnya arogansi ketika menghadapi masalah-masalah sosial yang nyata. Awalnya, dampak ini hanya terlihat dalam ranah berpikir teoretis yang bersifat abstrak, tetapi lama kelamaan menimbulkan konflik praktis di masyarakat. Sebagai contoh, seorang ahli fiqih bisa merasa bingung ketika dihadapkan pada masalah sosiologis, sementara seorang ahli ekonomi mungkin sulit memahami logika zakat, yang kadang kala bisa menimbulkan sikap mengkafirkan (takfîr al-fikr). Fenomena ini menunjukkan perlunya rekonstruksi dan restorasi paradigma keilmuan, terutama karena adanya kecenderungan di dunia Islam saat ini untuk memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Pemisahan yang kaku ini telah menghasilkan polarisasi tajam antara ilmu sharî‘ah dan ilmu ghayr al-sharî‘ah. Sikap yang menganggap bahwa ilmu ghayr al-sharî‘ah tidak penting dan hanya ilmu sharî‘ah yang dapat membawa seseorang ke surga atau menjauhkannya dari neraka adalah pemahaman yang dapat menghambat kemajuan kajian keislaman. Pemisahan ini telah terinternalisasi dalam hati sebagian besar umat Muslim, sehingga masih ada persepsi bahwa ilmu keislaman dan ilmu non-keislaman adalah dua hal yang berbeda. Polarisasi ini jelas merugikan dunia Islam karena ilmu-ilmu non-keagamaan dianggap tidak penting untuk dipelajari, yang menjadi salah satu faktor terbesar mundurnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam.

Downloads

Published

2024-08-25