MODEL PENDIDIKAN PESANTREN: AJARAN NEO-SUFISME KH. ABDUL HANNAN MA’SUM
Keywords:
Pengajaran, Neo-Sufisme, KH. Abdul Hannan Ma’sum, Pesantren KwageanAbstract
Artikel ini membahas tentang ajaran neo-sufisme kiyai di pondok pesantren. Ajaran neo-sufisme merupakan magnet pesantren di era modernitas untuk menarik para santri. Figur yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah KH. Abdul Hannan Ma’sum Kwagean. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan ajaran neo-sufisme Kiyai Hannan di Pesantren Kwagean. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan metode kualitatif, menggunakan analisis-deskriptif sebagai analisis datanya, dengan lokasi penelitian di Pesantren Fathul ’Ulum Kwagean. Hasil dari penelitian ini adalah : Neo-sufisme adalah ”reformed sufism” yang berarti sufisme yang telah diperbaharui. Yang mana gagasan dari neo-sufisme adalah sufisme yang cenderung untuk menimbulkan aktivisme sosial dan menanamkan kembali sikap positif terhadap dunia. Ajaran Neo-Sufisme KH. Abdul Hannan Ma’sum di Pesantren Kwagean adalah pertama tentang metode pengajarannya, yaitu : 1.) melalui pengajian bandongan, 2.) melalui pemberian suri teladan dan muidzoh, 3.) melalui pemberian ijazah. Kedua tentang ajarannya, yaitu : 1.) mengaji, belajar, 2.) giat, tidak malas, dan menyedikitkan makan, 3.) sabar, syukur, dan istiqomah, 4.) wirid, dan mengingat Allah, 5.) zuhud, kaya, dan mandiri, 6.) berbicara yang baik, dan sopan, 7.) dermawan, peduli dan menghargai orang lain.